gundhul-gundhul pacul-cul
gembelengan
nyunggi-nyunggi wakul-kul
kelelengan
wakul ngglimpang segane dadi sak latar
wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Siapa yang tidak kenal dengan syair tembang Jawa di atas? Kita semua tahu lagu anak-anak tersebut. Namun, barangkali kita hanya tahu nada dan liriknya tanpa tahu “maksud” tersirat yang terkandung di tiap syairnya. Siapa yang akan mengira kalau lagu ini memiliki pesan yang dalam kepada kita? Kali ini, kita akan menupas tuntas makna tembang dolanan di atas.
“Gundhul-gundhul pacul-cul”
Kata gundhul di kalimat ini memiliki arti kepala, sedangkan pacul adalah singkatan dari papat sing ucul, atau empat yang lepas. Makna kalimat ini adalah “empat yang lepas dari kepala”. Apa maksudnya “empat yang lepas”? Empat yang lepas itu adalah; telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, hidung untuk mencium, dan bibir untuk berbicara. Siapa sangka bahwa empat pilar tersebut merupakan kunci sukses seorang pemimpin?
“Gembelengan”
Larik ini sebenarnya masih ada sangkutannya dengan yang sebelumnya. Bahwa empat pilar sebagai seorang pemimpin yang lepas dari tempatnya, akan membuat pemimpin tersebut gembelengan, atau tidak teratur kembali.
“Nyunggi-nyunggi wakul-kul”
Arti secara harfiah kalimat di atas adalah “memikul tempat nasi”, yang dimaksud tempat nasi di atas adalah aspirasi rakyat, harta rakyat, keinginan rakyat, dll. yang semestinya bisa dipikul oleh seorang pemimpin.
“Kelelengan”
Arti kata ini sama dengan gembelengan, yakni tidak teratur. Bahwa seorang pemimpin yang sudah kehilangan empat pilar penting, akan menjadi hancur dan tidak teratur ketika mencoba untuk memikul aspirasi rakyat.
“Wakul ngglimpang segane dadi sak latar”
Mungkin makna dari baris terakhir dari lagu dolanan ini sudah sangat jelas, yaitu akibat yang ditimbulkan jika wakul yang bertugas membawa aspirasi rakyat terjatuh atau ngglimpang. Segane dadi sak latar, bahwa semuanya benar-benar akan hancur lebur dan sangat sulit untuk ditata kembali. Sama halnya dengan negara ini, jika pemimpin kita mulai kehilangan empat pilar mereka, amanat yang mereka pikul akan jatuh dan mengakibatkan semuanya berceceran.
Aku cuma re-post yang dijelasin Pak Sasmito, guru sejarah, tadi. Benar atau tidaknya, aku juga kurang tahu. Kalaupun tidak benar, anggap saja yang tadi (mengenai pemimpin dengan empat pilar) sebagai selingan sore menjelang magrib. Selamat Sore!